Sistem perekonomian
Sistem perekonomian adalah
sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut.
Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya
adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam
beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah.
Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrem
tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga
dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah
perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada
pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi.
Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah
yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.
Sistem Ekonomi Indonesia
Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi
Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian maka sistem ekonomi
Indonesia adalah sistem ekonomi yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan materialisme); Kemanusiaan yang
adil dan Beradab (tidak
mengenal pemerasan atau eksploitasi); Persatuan Indonesia (berlakunya
kebersamaan, Asas
kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam ekonomi); Kerakyatan
(mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak); serta
Keadilan Sosial (persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama bukan
kemakmuran orang-seorang). Sedangkan, pasal 33 UUD 1945 adalah pasal utama
bertumpunya sistem ekonomi Indonesia yang berdasar Pancasila, dengan
kelengkapannya, yaitu Pasal-pasal 18, 23, 27 (ayat 2) dan 34. Secara rinci pasal
menetapkan 3 hal, yakni :
a) Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b) Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai negara.
c) Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Perekonomian Indonesia saat ini
Perekonomian
Indonesia saat ini bisa dikatakan masih stabil dari sebelumnya.
Komisaris
Independen PermataBank, Tony Prasetiantono, memprediksi ekonomi Indonesia tetap
melaju hingga 6,3 persen, meski krisis global masih berlanjut. Menurut dia, ada
tiga hal yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi itu. Pertumbuhan itu bisa
dicapai karena didorong oleh pasar domestik yang kuat. Tandanya, belanja
konsumsi rumah tangga berkontribusi 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto.
Hal lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah ekspor primer yang harganya
baik. Tiga, industri perbankan, yang tercermin dari pertumbuhan
laba yang signifikan (yakni) CAR rata-rata 16,7 persen dan NPL 2,7 persen, yang
merupakan alasan perekonomian Indonesia tahan krisis, sebagaimana telah
terbukti pada tahun 2009. Rencana kenaikan harga BBM saat ini juga menjadi
topik yang sering dibicarakan di Indonesia akhir-akhir ini. Masyarakat pun juga
banyak yang mengeluh akan rencana kenaikan harga BBM. Terkait dengan rencana
tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan pemerintah merencanakan
empat program kompensasi ke masyarakat. Keempat program kompensasi tersebut
adalah bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM), pemberian beasiswa, pemberian
beras untuk rakyat miskin, dan kompensasi ke sektor transportasi. Yang pasti,
kenaikan harga BBM ini pun tetap memberikan kompensasi kepada rakyat yang
memang berhak mendapat subsidi dan terdampak langsung terhadap kenaikan harga BBM.
Namun, di balik kenaikan harga BBM, Indonesia tetap menarik bagi investor meski pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM ) bersubsidi per 1 April 2012. Kenaikan inflasi akibat meningkatnya harga BBM hanyalah kondisi sementara, karena suku bunga di Indonesia saat ini adalah yang terendah dibanding periode sebelumnya yang menunjukkan kondisi ekonomi yang baik. Selain itu di tengah ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM, investor asing beralih dari obligasi Negara ke obligasi korporasi yang memiliki tingkat imbal hasil lebih tinggi.Investor asing saat ini masih melanjutkan penarikan dananya dari pasar obligasi domestik, khususnya pada surat utang Negara ( SUN ) atau surat berharga Negara (SBN). Selain akibat faktor aksi ambil untung, hal itu juga dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap rencana kenaikan harga BBm yang berimbas pada laju inflasi. Porsi kepemilikan investor asing di obligasi korporasi pada februari mengalami kenaikan menjadi 5,24 persen senilai 8,21 triliun dari total outstanding obligasi korporasi 156,58 triliun rupiah. Selain memiliki prospek fundamental pertumbuhan kinerja yang membaik kedepannya, hal itu disebabkan oleh tingkat imbal hasil yang ditawarkan lebih menarikdibanding obligasi pemerintah.
Namun, di balik kenaikan harga BBM, Indonesia tetap menarik bagi investor meski pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM ) bersubsidi per 1 April 2012. Kenaikan inflasi akibat meningkatnya harga BBM hanyalah kondisi sementara, karena suku bunga di Indonesia saat ini adalah yang terendah dibanding periode sebelumnya yang menunjukkan kondisi ekonomi yang baik. Selain itu di tengah ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM, investor asing beralih dari obligasi Negara ke obligasi korporasi yang memiliki tingkat imbal hasil lebih tinggi.Investor asing saat ini masih melanjutkan penarikan dananya dari pasar obligasi domestik, khususnya pada surat utang Negara ( SUN ) atau surat berharga Negara (SBN). Selain akibat faktor aksi ambil untung, hal itu juga dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap rencana kenaikan harga BBm yang berimbas pada laju inflasi. Porsi kepemilikan investor asing di obligasi korporasi pada februari mengalami kenaikan menjadi 5,24 persen senilai 8,21 triliun dari total outstanding obligasi korporasi 156,58 triliun rupiah. Selain memiliki prospek fundamental pertumbuhan kinerja yang membaik kedepannya, hal itu disebabkan oleh tingkat imbal hasil yang ditawarkan lebih menarikdibanding obligasi pemerintah.
Sumber:
Koran Jakarta Ekonomi, 7 Maret 2012
Saya mengucapkan terima kasih karena
sudah diizinkan untuk mengambil beberapa materi dari blog dan koran yg berkaitan dengan
materi ini. Mohon maaf jika ada kekurangan pada tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar